SELAMAT DATANG SAHABATKU.......


Ku persembahkan tulisan ini untukmu, sahabatku tercinta. Bila berkenan sudi kiranya meninggalkan komentar anda setelah membaca tulisan ini. Terimakasih sahabatku sampai jumpa di tulisan selanjutnya : )

Kirim mimpi anda atau cerita tentang mimpi anda, tentang apa saja karena semua orang ingin bergabung dalam mimpi anda , mari jadikan nyata

ceritamimpiku@yahoo.com

Minggu, 10 Mei 2009

arti kepedulian dan kasih sayang bagi mereka yang putus asa

Azan magrib berkumandang seiring meredupnya cahaya mentari dari pandangan mataku. Dinginnya angin senja...... Seakan membekukan kakiku untuk tidak beranjak dari tempat itu. Tersenyum aku memandang sebuah nisan yg bertuliskan sebuah pesan. Pesan dari seorang pengusaha muda yang pernah mengalami suatu kegagalan dalam hidupnya. Kegagalan yg patut untuk membuat seseorang........ berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Benar sekali, didalam hidup selalu ada pilihan. Pilihan untuk menentukan langkah menuju sebuah harapan atau....... berhenti sehingga semua hanyalah mimpi dan tinggal kenangan. Kisah ini mungkin pernah terjadi pada setiap orang yg pernah mengalami kegagalan yg luar biasa, namun bila ia melihat nisan pesan itu .....mudah-mudahan ia melupakan niat sesatnya untuk menghadap Tuhan lebih cepat yg tanpa undangan apalagi tanpa dijemput oleh utusan-Nya.

''Sial.... Aku tertipu ...!'', umpatku setelah salah satu staff mengatakan bahwa rekan bisnisku telah lari tanpa membayar hutangnya sepeserpun. Keringat mengucur dari keningku mengingat barang itupun belum kubayar dari produsen utama. Mungkin tepatnya orang-orang memanggilku sebagai seorang broker. Kurebahkan badanku kekursi dengan pasrah....lemas....hilang sudah tenaga yg tersimpan dalam sendi-sendiku. Kupejamkan mataku sesaat namun kantuk tak kunjung menghampiriku juga. '' Hancurlah aku....!'', bisikku seakan berbicara pada diriku sendiri. Hari demi hari berlalu dan aku hanya menanti tanggal penagihan itu datang. Hari yg ditunggu itupun akhirnya tiba. Seorang utusan memberikan surat jatuh tempo pembayaran utang. Hm....baru yg pertama , ada kesempatan bagiku untuk mencari utang dan mengejar keuntungan untuk menutup itu. Namun dugaanku meleset , Indonesia mengalami gejolak ekonomi yg hebat....mungkin tak perlu kusampaikan karena semua pasti tahu mengenai zaman itu. Surat kedua datang lebih cepat dari dugaanku, kali ini ada red notes diatasnya.....''DIMOHON UNTUK SEGERA MELUNASI BILA TIDAK KAMI AKAN MENGAMBIL JALUR HUKUM'', tegas kalimat itu berhuruf besar dan bertinta merah. Kali ini tubuhku tidak lemas lagi……….. tapi mulai mati rasa. Keringat bukan bercucuran lagi tapi giliran mataku yg mulai mengalir setetes demi setetes. Begitu keras cobaan ini bagiku, seakan tak kuasa lagi aku untuk menahan semua beban cobaan ini. Kuraih surat itu dan sekali lagi kumasukkan dalam laci mejaku. Kutarik nafasku sekali lagi dan kubakar semangatku kembali sesuai prinsip ''Banyak jalan ke Roma''. Berbeda dgn sebelumnya, kali ini aku membalas surat tagihan itu untuk meminta penangguhan waktu dengan alasan modal tertahan dalam bentuk barang. Satu bulan berlalu , kondisi ekonomi tak kunjung baik juga waktu itu. Penjualan gagal dan hanya memperoleh keuntungan yg sangat minim. Hari demi hari terasa berat bagiku. Kuputuskan untuk kembali kerumah lebih cepat hari ini, dengan langkah lunglai kutinggalkan gedung yang salah satu lantainya adalah kantor yang kusewa sejak dua tahun lalu. GUBBBRAAAKKK…….kutolehkan pandanganku kebelakang ….sesosok tubuh bergelimpang darah dan kepala yang pecah telah kaku seiring melayangnya nyawa pria itu ….miris sekali bagiku…sungguh sangat menyeramkan. Beberapa detik orang – orang terpana memandang tubuh kaku itu….hingga beberapa detik kemudian seorang wanita menjerit histeris setelah itu dan aku hanya bisa menelan ludahku sendiri dan keringat dingin menetes dari pelipis keningku. Pedih …..dan segera kutinggalkan tempat itu, di saat beberapa orang polisi menutup lokasi itu dan bayangan peristiwa tragis itu masih bergelayut di sisi gelap benakku,

Satu bulan sejak surat penagihan kedua, seorang yang mengaku sebagai pengacara dgn ditemani beberapa Polisi datang ke ruangan kantorku. Mereka menyerahkan surat panggilan sebagai tersangka penipuan dan pengacara itu menolak untuk menerima pembayaran secara cicilan dariku. Putus sudah harapanku…..terbayang jeruji besi dan lantai semen yang dingin akan selalu menemaniku dalam beberapa hari lagi. Bergetar tanganku…..lalu berdiri kaku saat mereka meninggalkan diriku seorang diri, yang tak mampu bergerak lagi walaupun untuk memejamkan mata sekalipun.

Kuambil sehelai kertas dari laci mejaku dan kutuliskan sebuah surat dengan airmata yang terus menetes tak terbendungkan lagi :

Wahai Istriku yang selalu tabah mendampingi diriku. Hari ini…. saat engkau membaca surat ini ….. aku telah tiada dari hadapanmu. Aku tahu…… betapa malunya dirimu saat itu namun aku sudah tak mampu untuk melanjutkan kehidupan ini lagi.

Wahai istriku, sampaikan pada anak kita bahwa aku tak sempat melihat mereka tumbuh dewasa dan yang pasti aku tak mungkin melihat mereka menangisi kepergianku namun gantikan aku dalam memberikan senyummu setiap mereka bertanya tentang aku….. karena mereka akan malu kelak, bila mereka tahu tentang kepergianku. Wahai istriku……yang tak pernah lelah untuk mencintaiku……sampaikan salam hormatku pada ayah dan ibuku ……mereka pasti malu atas kepergianku ini…..kepergian yang tak membuat mereka bangga karena telah melahirkanku. Wahai istriku …… yang telah memberikan cinta sepenuh hatimu padaku, selamat tinggal dan janganlah engkau tangisi kepergianku karena aku tidak patut untuk engkau tangisi…….. tapi sesuatu yang patut engkau lupakan dalam hatimu dan dalam hidupmu…………………………………………………………………….....

Kulipat surat itu lalu kuletakkan diatas meja dan ku tindih dengan vas bunga. Yah….setangkai bunga mawar pemberian istriku, untuk memberiku semangat hari ini sebagai tanda cinta kasihnya padaku. Ku langkahkan kakiku dengan gemetar…..gemetar menuju gerbang kematian hari ini. Singkat cerita saat aku menaiki lift, aku berjumpa dengan penjaga lift dan dia bertanya hendak ke lantai berapa bila aku hendak naik ke atas. Setelah kusebutkan lantai teratas, seakan dia tahu niat dan tujuanku. Dia mencegahku dan menasehatiku dengan berbagai macam cara dan upaya. Yah…..akhirnya aku gagal bukan karena nasehatnya tapi karena diriku tak tahan untuk menunggu lebih lama lagi. Aku pergi meninggalkan lift itu dan mencari tangga menuju keatas diiringi pandangan penjaga lift itu yang terlihat sedih atas kepergianku. Lantai demi lantai kunaiki dan berhenti aku sejenak karena kecapean sambil mengatur nafasku kembali. Kali ini aku berjumpa dengan seorang cleaning servise dan menanyakan aku hendak ke lantai berapa karena melihat diriku kelelahan menaiki tangga. Sekali lagi kusampaikan bahwa diriku hendak ke lantai teratas menuju atap gedung dan sama seperti penjaga lift tadi, dia berusaha mencegahku dengan berbagai macam upaya hingga HPnya berdering dan terdengar perintah turun dari salah satu rekannya. Diakhir kata ia mengatakan betapa sedihnya keluargaku bila mengetahui tentang itu, lalu ia meninggalkanku dengan tatapan sedih melihat kepergianku yang meniti tangga demi tangga. Mataku berkunang kunang dan tenggorokanku kering saat aku telah mencapai lantai teratas dari gedung itu. Berhenti sejenak dan kusandarkan diriku pada salah satu dinding di pembatas atap itu, ’’ Mau mati saja begitu susahnya’’, pikirku, melintas begitu saja dari benakku. Tak lama kemudian aku berdiri dan berusaha mencari tangga hingga akhirnya aku menemukan pada salah satu sudut atap gedung itu. ” Tunggu, nak……. aku tahu untuk apa kedatanganmu hari ini ’’, suara serak orang yg sangat tua terdengar agak kurang jelas dibelakangku. Kutolehkan ke belakang pandanganku. ” Berikan kesempatan bagiku untuk mengakhiri hidupku sebelum dirimu mengikuti jejakku”, katanya lagi dengan senyum keyakinan akan menuju kematian. Hm…ternyata daftar menuju kematian yang sesat agaknya bukan hanya namaku hari ini. ” Baiklah , Pak tua sebagai yang muda….aku mempersilahkan dirimu mendahului dari diriku…..!”, kataku mempersilahkan dirinya. Ketika ia memegang tangga itu, timbul keheranan dibenakku dan terusik keingintahuanku untuk menanyakan mengapa ia ingin mengakhiri hidupnya dengan tragis hari ini. ” Pak tua…..sebelum engkau terjun kebawah sana ….bolehkah aku bertanya padamu ?’’, kataku seketika terloncat begitu saja tanpa kusadari lagi. Dengan tersenyum Pak tua itu berbalik dan berdiri dihadapanku…….”Bagiku sudah tiada guna lagi hidup ini, nak ……semua sudah kudapatkan …..istri yang baik dan setia…….anak yang telah dewasa dan membanggakan bagiku……….kesuksesan dan kehidupan yang mewah………semuanya telah kuraih …..jadi patutkah aku untuk hidup lagi ?”, katanya dengan senyum yang meyakinkan lagi. Deg….jantungku berdegub kencang dan benakku semakin bingung dibuat pak tua ini.”Bukankah engkau tidak dalam kegagalan , Pak tua ? ……. mengapa engkau mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini ?”, tanyaku dengan mengkerutkan keningku dan menatapnya dari ujung kaki hingga rambutnya yang telah memutih, ”tak mungkin ia orang gila”, benakku memberikan jawaban atas pandangan mataku karena lelaki ini terlihat sangat rapih dan bersih. ” Lalu mengapa engkau mau mati dengan cara ini juga , nak ?”, balik ia bertanya yang tak terduga olehku. Dengan gagap aku menjawab,”Tentu saja karena aku mengalami kegagalan dalam hidupku”, masih tersisa rasa kaget pada pertanyaannya yang tiba-tiba itu. ”Hm….engkau sungguh manusia yang rugi , nak !........dirimu belum mendapatkan apa-apa dalam hidupmu dan kini engkau mau mengakhiri hidupmu tanpa meraih apa-apa, nak”, katanya dengan mantap dan tak lupa senyum tersungging dibibirnya yang pucat karena ditelan usia. Sekali lagi kaget diriku mendengar ucapannya …sungguh tak terduga…..dan aku hanya bisa menelan ludah seketika. Otakku berputar untuk melawan ucapan pak tua itu…..semakin banyak darah mengisi otakku dengan penuh oksigen dan nutrisi protein tinggi. ” Wahai Pak tua……bagiku tak layak kematian seperti ini mendampingi dirimu……sudahkah engkau mengucapkan salam perpisahan dengan seluruh keluarga….sahabat…..dan rekanmu ? bila belum …..pulanglah dan datanglah dilain waktu”, kataku dengan lembut padanya dengan sedikit bujuk rayu. ”Aku sudah mengucapkan hal itu melalui surat terakhirku , nak !.......walau mereka sudah tak ada disekitarku lagi…….mereka sudah tak peduli lagi padaku……dan banyak yang telah mendahului pergi selamanya dariku”,Ungkap Pak tua itu ….kali ini dengan muka sedih terlihat dari raut wajah tuanya. ” Tapi aku masih peduli padamu hari ini , pak tua ”, mendadak kata-kata itu terlontar tanpa kusadari begitu saja. ” Benarkah itu….?”, tanyanya yang langsung berubah senyum kembali diwajahnya. ” Ya Pak tua…..! ”, kataku mantap dengan senyum tersungging manis dibibirku lalu memeluk pria tua itu dan kali ini reflek tanpa kusadari lagi. ” Kalau begitu aku membatalkan kematianku hari ini…..karena masih ada yang peduli padaku……dan masihkah ada orang-orang yang peduli dan menyayangimu wahai anak muda ..?”, tanyanya dengan lembut padaku. ” Ya ada, pak….”, kataku pelan namun masih jelas terdengar olehnya. ” Kalau begitu hari ini kita belum waktunya…. untuk mengakhiri hidup dari atas atap gedung ini, nak”, katanya sambil menepuk-nepuk pundakku. ” Ya …pak…! ”, kataku tertunduk malu karena untuk bunuh diri saja aku gagal melakukannya. ” Sudahlah ….kalau begitu marilah kita pulang dan bertemu esok hari karena hari ini sudah sore, nak !”, katanya dengan senyum lebar sambil merangkul pundakku untuk meninggalkan tempat itu. Yah…..akhirnya hari itu aku gagal melakukan suatu perbuatan besar dalam hidupku ….ya….perbuatan dosa terbesar dari larangan Tuhanku.

Keesok harinya kembali aku keatap itu tapi bukan untuk bunuh diri, tetapi untuk bertemu dengan pak tua itu karena kami sudah berjanji kemaren ditempat ini. Hari ini dia tidak datang juga besoknya dan besoknya lagi hingga hari ketiga aku tidak ke atas atap lagi dan menganggap mungkin dia sudah lupa atau ada pekerjaan lain yang tidak bisa ia tinggalkan dan lebih penting dari pertemuan kami ini, yang hanya sekedar bertukar pikiran saja, hingga suatu hari salah satu staffku datang dengan terengah-engah keruanganku dan mengatakan bahwa pengacara yang dulu itu dan beberapa orang polisi datang. ”Apakah Polisi itu datang dengan surat perintah penangkapan atas diriku karena tidak datang menghadiri panggilan beberapa waktu yang lalu ?”, pertanyaan itu langsung menghantui diriku. ”Tahan dulu mereka dibawah …..aku akan turun sebentar lagi…!”, kataku dengan senyum ketabahan. ” Tapi …pak ? ”, dengan gugup stafku berkata sambil memandangiku tak percaya. Aku hanya tersenyum dan mengangguk kecil padanya seakan mengatakan untuk melakukan sesuai perintahku. Namun sayang perbuatanku tak sesuai ucapanku tadi. Kubuka laciku dan kuambil kembali surat wasiatku yang dulu itu dan meletakkannya diatas meja kembali dengan ditindih vas bunga berisikan setangkai bunga mawar putih. Yah….beberapa hari ini aku memang memesan mawar putih itu, seakan tahu bahwa dalam beberapa hari ini aku akan mengakhiri jalan kehidupanku…. menuju kematian yang sesat itu. Mengapa aku memilih jalan itu…… karena bila aku mati maka tiada beban utang yang menjadi tanggung jawab keluargaku karena aku telah tiada dan mereka tidak bisa menuntut keluargaku tapi hanya bisa menuntut perusahaanku, yang tak tersisa apapun lagi selain beberapa asset terakhir dan lagi pula gaji karyawanku sudah kubayar penuh hingga bulan depan. Sama seperti beberapa hari yang lalu, aku menaiki tangga dan tidak menaiki lift karena selain ada penjaga lift yang akan mencegahku juga rawan bila bertemu dengan orang-orang yang akan menangkapku. Tangga demi tangga kulalui dengan tergesa-gesa …kali ini kata lelah telah mati dari kamus tubuhku …..hanya kata ”terus dan terus ” menuju gerbang kematian dari atas sana…..Ya …dari atas atap gedung ini. Sepanjang perjalanku , aku hanya bertemu dengan tukang cat yang menyapaku saat berpapasan dan aku tidak memperdulikan sapaannya itu lalu ia melanjutkan pekerjaannya. Akhirnya sampailah aku diatas atap gedung itu, sama seperti kemaren segera kuraih tangga dan……” Tunggu , nak…!”, terdengar suara yang kukenal, seperti suara pak tua yang bertemu denganku, beberapa hari yang lalu diatap gedung ini. Berhenti aku sejenak lalu ia lanjut berkata, ” Bila engkau melakukan itu berarti sudah tak ada lagi yang peduli padaku didunia ini !”, lontarnya menyentuh hatiku yang paling dalam. Seketika lemaslah diriku dan kaku. Dia menghampiriku dan memeluk diriku. ” Urungkanlah niatmu ….karena masih banyak orang yang masih mencintai dan mengharapkan kehadiranmu didunia ini….termasuk diriku anak muda….!”, katanya lembut dari samping telingaku dan mendekapku dengan erat. Tersentuh hatiku mendengarnya dan aku mengatakan,” Bila aku dipenjara kelak …. maukah engkau mengunjungiku, pak tua…?”, ungkapku penuh harap seperti sebuah perjanjian. Dia melepaskan pelukannya. ” Tentu saja anak muda karena kepedulianmu masih membuatku hidup sampai hari ini”, katanya lembut sekali dan penuh keyakinan. Yah…itulah gayanya yang selalu tersenyum dan penuh keyakinan. ” Baiklah, pak …… aku harap engkau memegang janjimu padaku ….!”, kataku seperti anak-anak yang mengharapkan dipenuhi keinginannya sebagaimana yang telah di janjikan ayahnya. Kembali ia menepuk pundakku dan meninggalkan aku seorang diri yang masih tertunduk malu sekaligus bahagia karena hari inipun aku gagal mengakhiri hidupku dengan sia-sia. Tersadar aku manakala hujan deras tiba-tiba membasahi tubuhku. Berlari aku menuju tangga dan menuruni tangga demi tangga dengan kepasrahan terhadap apapun yang akan terjadi. Kubuka pintu ruanganku dan tampak dua orang Polisi berseragam dan pengacara yang waktu itu. Sungguh berbeda kali ini dia tersenyum padaku, lalu menghampiri diriku. ” Selamat Siang …. Apa khabar, pak !”, kata pengacara itu sambil menjulurkan tangannya dan menyalamiku dengan erat dilanjutka dua orang polisi lainnya. ” Saya sudah tahu maksud kedatangan bapak……saya siap ditangkap hari ini…!”, kataku agak tertahan tapi masih ada cukup ketabahan bagiku. Kedua Polisi itu saling berpandangan kecuali pengacara itu yang langsung tersenyum dengan perkataanku tadi. ” Maaf, pak……saya datang kemari dengan disaksikan pak polisi ini bukan untuk menangkap bapak…..tapi ingin menyampaikan sebuah surat dari klien saya kepada bapak…..Klien saya adalah pemilik gedung ini dan beberapa perusahaan termasuk perusahaan yang pernah terlibat piutang dengan bapak…….namun kedatangan saya bukan untuk menagih piutang tersebut tetapi untuk membacakan surat wasiat beliau kepada bapak…….Beliau telah ’berpulang’ beberapa hari yang lalu akibat sakit keras karena lanjut usia…..!”, kata pengacara itu panjang lebar. Aneh pikirku scenario apa lagi ini. Belum aku menanyakan lebih lanjut lagi , pengacara itu berkata, ” Baiklah saya akan membacakan wasiat beliau………!”. Dalam surat wasiat yang dibacakan pengacara berbunyi :

” Anak muda……..engkau yang telah menyadarkan aku tentang arti sebuah kepedulian…..yang sangat berarti bagiku…..Engkau menyadarkan aku bahwa masih ada orang yang masih menyayangi diriku…yah…walaupun itu hanya dirimu seorang…..keluargaku telah tiada mendahului diriku akibat kecelakaan pesawat terbang beberapa tahun yang lalu. Sahabatku ….. satu persatu meninggalkan aku karena usia lanjutnya…..dan saat itu aku sudah tak punya siapa-siapa yang masih peduli dan menyayangiku lagi……engkau telah menyelamatkan aku dari kematian yang sangat dibenci Tuhan dari atas atap itu……Tiada yang lebih menyayangi diriku selain dirimu anak muda…..sayang aku tak sempat menanyakan namamu…..tapi aku masih sempat mengenal ciri-cirimu hingga pengacaraku memperlihatkan fotomu padaku. Mungkin aku tak sempat bertemu denganmu, sesuai dengan janjiku keesok harinya saat setelah pertemuan pertama kita, namun aku yakin…..rasa peduli dan sayangmu telah datang dan hadir dihatiku. Terimakasih anak muda……oleh karena itu tiada hadiah yang mampu kuberikan atas apa yang telah engkau berikan padaku, namun kuharap hadiah kecil ini dapat menjadi kenangan bagi ku wahai anak muda……hadiah itu adalah kuserahkan seluruh hartaku padamu semoga engkau dapat menjaganya seperti kepedulianmu padaku dan jangan lupa engkau mendoakanku dan membuat perbuatan yang berpahala bagiku karena aku masih merasa kurang membawa bekal untuk menghadap Yang Maha Kuasa diatas sana. Mungkin suatu saat nanti kita akan berjumpa kelak bila Tuhan memberikan kesempatan itu. Wassalam.”

lalu pengacara itu berkata, ” Mengingat seluruh asset perusahaan beliau sudah menjadi milik bapak maka tuntutan perusahaan beliau kepada bapak …otomatis gugur dan tidak berlaku lagi”. Masih berdiri tak percaya lalu kugigit lenganku….sakit campur asin karena keringat masih membasahi tubuhku…..aku tidak bermimpi hari ini. Ternyata Tuhan telah mendengarkan doaku selama ini. Amien Ya Allah….langsung tubuhku sujud mengucap syukur, lalu aku berdiri dan mengatakan sesuatu pada pengacara itu,” Dimana kuburan beliau…….tunjukkan padaku karena aku akan mengucapkan maaf padanya karena tidak hadir disaat terakhir dirinya. Singkat cerita sampailah kami kekuburan beliau…..kuburan keluarga yang megah dan tampak beberapa deret kuburan lain dalam satu areal, dan satu kuburan lainnya yang ukuran dan mewahnya dengan kuburan bapak itu. Ya….itu adalah kuburan istrinya dan deretan lainnya adalah kuburan anak anaknya karena tanggal kematiannya sama semua sesuai dengan surat wasiat tersebut berarti meninggal pada waktu bersamaan yaitu meninggal akibat pesawat yang jatuh. Kupegang nisan yang bertulis nama bapak tua itu,” Pak, terimakasih …… dan Tuhan telah mendengarkan doa bapak untuk bertemu dengan saya tadi siang. Mungkin Tuhan sengaja mengirim bapak untuk mencegah saya untuk bunuh diri hari ini. Saya akan menjaga semua amanat bapak dan melaksanakan semua yang bapak minta dari saya…..termasuk kepedulian dan kasih sayang saya sebagai anak kepada bapaknya. Semoga Tuhan meringankan jalan bapak saat menghadap-Nya’’, lalu kami berdoa dan meninggalkan tempat itu dan hingga hari ini aku setiap hari selalu kekuburannya dan berdoa untuknya.

Yah…..waktu cepat berlalu dan hari ini, disaat azan magrib ini, dikala senja telah meredup, aku berdiri memandangi nisan yang berisi pesan itu. Ya ….pesan yang kutulis sebagai kenangan saat aku bertemu dengan Bapak tua yang telah kuanggap sebagai ayahku itu dan semoga bila rohnya hadir maka ia akan melihat nisan itu sebagai pesan untuk semua orang yang gagal dan menyampaikan bahwa masih banyak orang yang mencintai dia yang ingin mengakhiri hidupnya secara sesat. Tahukah anda apa tulisannya ?

“Saya tahu untuk apa anda datang kemari hari ini, namun bila anda mau menyisihkan sedikit waktu saja……bacalah nisan ini karena saya rasa tidak akan mengurangi waktu anda untuk terjun dari tepi atap gedung ini. Jangan takut ….. Saya tidak akan menanyakan keimanan anda, karena bila anda masih punya iman, tentu anda tidak akan datang kemari ! Jawablah langsung dari hati anda yang paling dalam !

Sudah siapkah anda untuk mati hari ini ?

Sudahkah anda menulis surat sebagai pesan terakhir anda ?

Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan keluarga anda ?

Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan sahabat anda ?

Sudahkah anda menyampaikan salam perpisahan dengan rekan – rekan sekitar anda ?

Bila anda belum melakukannya….. pulanglah dulu dan datanglah dilain kesempatan, namun bila anda sudah anda lakukannya maka lihatlah ke belakang anda ! adakah orang disana ? bila tidak berarti tiada yang dapat menolong anda….. kecuali anda mau melanjutkan membaca pesan ini ! sekali lagi saya sampaikan , saya rasa anda masih punya sedikit waktu lagi sebelum mengakhiri kehidupan anda.

Seberapa berat bebankah masalah kehidupan anda ?

Bandingkan kehidupan anda dengan yang lain ! Bandingkan dengan seorang yang pekerja yang pemecah batu kerikil di kaki cadas gunung yang curam ! yang setiap harinya maut siap untuk menjemputnya.

Bila anda tidak tahu mengenai mereka maka datangilah mereka namun bila anda tahu……mana yang lebih baik antara anda dengan mereka ? atau mungkin………………..

Bandingkan diri anda lagi dengan anak yang ayah dan ibunya telah tiada ! bagaimana dengan anda, manakah yg lebih baik nasibnya dari pada anda ?

Bila nasib anda lebih baik dibanding mereka …..pulanglah dan berusahalah untuk jauh lebih baik dari pada hari ini……………………………………………………………………..

namun bila tidak …….saya berpesan, sebelum anda terjun disisi pinggir atap gedung ini, lihatlah tulisan ditiap jenjang anak tangganya karena anda akan menunduk menuju jalan akhir kehidupan anda diujung atap itu………………………..………………………………..

Anak tangga pertama……….

’’Anakku……….. ayah dan ibu telah malu melahirkanmu namun apapun itu engkau adalah anak yang kusayangi hingga ujung kematian merenggut kehidupanmu’’

Anak tangga kedua………….

’’Wahai kekasih pendamping hidupku………aku malu mendengar kematianmu hari ini namun apapun itu engkau adalah yang paling kucintai hingga akhir hayatmu dan wajahmu tetap terlukis indah dihatiku’’

Anak tangga ketiga………….

’’Wahai ayahku atau ibuku………anakmu malu mendengar kematianmu yang memilukan hatiku, namun apapun itu ….engkau tetap pujaan hatiku yang telah melahirkan aku, Hmm…..tidakkah engkau ingin melihat anakmu tersenyum manis atau engkau tak sempat melihat kami menangis ? ’’

Anak tangga terakhir ……….

Ucapkan selamat tinggal pada dunia……karena neraka akan menyambutmu…. bersama tawa setan yang bergembira dibawah sana……………………………………………………...

Itulah tulisan yang kuukir dengan jelas sebagai kenanganku dengan bapak tua itu. Hingga hari ini aku tak tahu…… berapa orang yang telah sampai ……dan di posisi mana terakhir dia untuk membatalkan niatnya. Namun yang kutahu tak ada seorangpun yang berakhir dibawah sana lagi hingga saat ini……..yah….di saat gedung ini telah menjadi milikku kini…….masihkah anda berputus asa ? ……….bila masih……..berarti andalah yang akan menjadi orang pertama yang mengakhiri hidup anda…. menaiki atap gedung ini dan berakhir hingga dibawah sana….. dalam pengetahuan saya sejak hari batu nisan pesan ini ditulis, dan bila tidak…..tersenyumlah bahwa anda tidak sendiri dan masih ada orang yang disekitar anda….. yang selalu peduli , selalu mencintai dan menyayangi anda…..baik yang anda sadari ataupun yang tidak anda sadari…………………………..……………............................................................………………

1 komentar:

  1. So beautiful..
    Telah beberapa kali tangga- tangga itu hampir kulangkahi..
    ketika dunia terasa gelap, ketika rasanya orang yang kurasa paling kukasihi meninggalkanku..
    ketika kurasa takkan ada yang memperdulikanku lagi..
    Tapi kusalah..

    Allah, selalu ada untukku..
    dalam bentuk rengkuhan dan lindungan Ibunda
    yang kini tlah almarhumah, yang akan selalu menyayangiku..
    Kini aku bersyukur..
    tangga-tangga neraka itu
    tak pernah kuinjak..

    Karena sesungguhnya setelah kesulitan pasti akan ada kemudahan..

    In the name of Allah, Most Gracious, Most Merciful
    Have We not expanded thee thy breast?
    And removed from thee thy burden?
    the which did gall thy back?
    And raised high the esteem (in which) thou (art held)
    So, verily, with every difficulty, there is relief,
    verily, with every difficulty, there is relief.
    Therefore, when thou art free (from thine immediate task), still labour task.
    And thy Lord turn all thy attention..
    Amien..

    BalasHapus

Kirim komentar anda dengan sopan dan baik karena mimpi adalah milik kita bersama